Berbicara mengenai bahasa Indonesia, tidak lepas
dari peran bahasa Indonesia itu sendiri di dalam penggunaanya dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat kita. Mengingat Negara kita terdiri dari beberapa suku
yang pada dasarnya dari setiap suku di Negara kita mempunyai ragam bahasanya
sendiri. Contohnya saja seperti suku Madura, mereka berkomunikasi dengan bahasa
mereka sendiri dalam kesehariannya. Begitu juga dengan suku-suku yang lain yang
tersebar diseluruh pelosok negeri ini, Mereka menggunakan bahasa mereka
masing-masing dalam komunikasi mereka setiap harinya, lalu pertanyaannya dimana
peran bahasa Indonesia di tengah masyarakat kita saat ini?. Jawabannya adalah
ada pada diri kita sendiri, sejauh mana usaha kita melestarikan bahasa
Indonesia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peran bahasa
Indonesia itu tampak dalam setiap sendi komunikasi masyarakat kita ini.
Belakangan ini kita banyak menemukan
bahasa-bahasa baru yang kata pemuda pemudi kita disebut bahasa gaul. yang
mana tidak semua orang bisa mengerti dan faham dengan bahasa tersebut kecuali
orang-orang yang memang sudah mengerti atau bahkan yang menciptakan
bahasa-bahasa tersebut. Contoh kecilnya adalah ketika saya dapat kiriman pesan
singkat (sms) dari handphone teman saya, untuk mengucapkan “selamat pagi” saja
teman saya hanya menuliskan kata-kata “met Pgi” dan ketika saya Tanya dia
sedang ada dimana, di menjawab “aku sedang di perjalanan” hanya ditulis dengan
kata-kata “Q gi di jLn”. Bahkan ketika saya membuka media social network
seperti facebook dan twitter yang notabenenya banyak
digunakan oleh para pemuda dan pemudi di Negara kita ini, kita akan banyak
menemukan bahasa-bahasa yang tidak bisa dimengerti langsung oleh orang banyak.
Bahkan guru bahasa Indonesia sekalipun. Contoh kecilnya ketika ada anak update
setatus di facebook “CyanK, aQ Gag bSa HduPh T@nPmu” pasti tidak
semua orang akan mengerti apa yang dimaksud orang itu dalam tulisan tersebut,
meskipun kalau di tulis dengan bahasa Indonesia yang benar redaksinya adalah
“sayang, aku tidak bisa hidup tanpamu” yang mana semua orang pasti akan faham
dan tahu tentang arti dari kata-kata tersebut. Tapi kenyataannya berbeda,
tulisan-tulisan semacam itu yang dikenal orang dengan tulisan alay banyak
digunakan dalam ragam komunikasi pemuda zaman sekarang, mulai dari sms, facebook,
twitter dan media social network lainnya.
Sangat ironis memang, para pemuda zaman sekarang
seolah sudah tidak berminat lagi untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, yang mana pada dasarnya adalah bahasa nasional Negara kita ini. Rasa
nasionalis memang harus kita pupukan sedini mungkin terhadap generasi kita,
terutama dalam masalah bahasa, karena belakangan banyak bahasa-bahasa yang
dibuat-buat yang tidak jelas apa tujuannya. Contoh kecilnya yang lagi marak
sekarang adalah bahasa-bahasa alay. Sebenarnya pada dasarnya bahasa alay
adalah bahasa Indonesia, namun banyak yang dirubah baik dari segi pengucapan
dan tulisannya. Yang paling mencolok memang dalam segi tulisannya, seperti kata
“tidak” ditulis dengan “Gag”, ” semangat” ditulis dengan “CemungUdh..” dan
banyak lagi yang lainnya. Hal ini sebenarnya kalau dipikir tidak ada gunanya,
bahkan akan membuat jati diri bahasa Indonesia itu sendiri semakin semu dan
tidak jelas. Beda dengan bahasa daerah, bahasa alay lebih kepada
bahasa yang dibuat-dibuat dan tidak jelas dari segi aturan ejaan dan
tulisannya. Kalau bahasa daerah jelas dalam aturan dan ejaannya, karena setiap
bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Madura, Batak dan yang lainnya mempunyai
aturan sendiri dalam ejaan dan tulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar